Minggu, 13 Juni 2010

merelakan

saat aku menatap kebahagian dari bila mata pancaran pelangi
membawa aku terbang dalam kesendirian kehidupan sunyi
bersama se2orang yang kau cintai
namun aku hanyalah tempat membebani



rasa yang tertanam tlah kau tabur bersama duri
namun aku bahagia menatap kau dalam gangaman seorang yang kau rindui
sakit yang kau derita melebihi sakit yang aku alami
seperti tombak yang menamcap dalam naluri




aku hanyalah insan yang hidup dalam tangisan cinta sejati
seakan tak mungkin lagi
cinta ini akan tumbuh seperti yang terpatri
semua ini hanyalah bualan mimpi




untuk senyuman yg terakhir kali
dalam puisi yang tak berarti
aku rela melepaskan rasa yang tlah kau hianati
slamat jalan cinta
slamat tinggal rindu
aku melangkah dalam larutan memory
bersama gelora yang tak kan bersemi

Jumat, 07 Mei 2010

saat itu datang

saat itu datang
kesadaran raga hilang
dalam dekapan cinta mengembang
melenyapkan semua derita yang tlah melayang
kau datang bersama cahaya bintang
merasuk kedalam raga berjantung bimbang
hayalan ku bagai kerlap kerlip kunang-kunang
saat itu datang
bibir ku tlah diujung hidung yang tak brtulang
kau hembuskan nafas bagai irama kumbang
seakan terbaca permintaan yang menentang
saat itu datang
aku mencintai bukan dari ombak pasang
yang menghantam dan lenyap dari tatapan mata memandang
karna kesetian
kasih yang benderang
seakan aku tak peduli kata orang

cinta mendu

saat benih cinta menjalar bersama curahan dada
naluri ku kecewa saat kau mendua
sumpah berkata dalam mulut berbicara
sampai teriakan ku menembus neraka
seakan cinta ku teraniaya
andai kau tahu cinta laksana surga
yang tlah dianugrahkan dalam diri manusia
aku yang kau buat terbang seraya terhempas di unggun kaca
cinta yang ku berikan sirna dan binasa
aku belajar dari dunia syair yang bertahta
linangan hasrat membunuh raga
surut dalam cinta bergelora dalam asa
setia dalam derita
aku lah tiang cinta yang tlah kau porak-poranda
seakan yang tumbuh hanyalah kecewa
ini kah takdir dari api yang membara?
ini kah nasib dari abu nirwana?
bersama duka cinta mendua
aku bersemayam

iman wanita moeslim

saat mentari menjilati raga nan sunyi
bersama setetes embun menyejukkan naluri
kau hanyut bersama kitab suci
hanya terbesi kata-kata pada sang ilahi
langkah kaki bagai putaran duniawi
waktu kau jadikan untuk akhirat nanti
kau atur dalam hidup dan mati
lembut paras yang kau bentengi
tampa peduli ocahan dunia mengelilingi
besar nyacobaan terus kau hadapi
ketabahan yang kau tumpuk bagai gunung berapi
kau jalani hidup dengan ihklas dalam naluri
iman yang kau rangkai bersama jeraji besi
seakan tak tergoyahkan oleh topan dan badai

sakit masa lalu

hidup baga pertempuran dalam kalbu
membisu pada titik laut biru
disetiap langkah tlah ku lalui bersama debu
yang berselimut kata palsu
saat tiada kata rindu
seakan hanya kata pilu
menancap bagai paku
nafsu
nafsu
nafsu
tapak yang tersudut pada ujung kelabu
meraba syair yang syahdu
mengundang malu
tiada yang berseru
kau anggap angin lalu
ini kah kau sebut ceceran darah yang berdebu
dan inilah kata yang mesti kau tahu
penipu
suara dunia tlah menderuyang kau tanam di masa lalu

aku tahu

andai langit dapat membalas jeritan kalbu
menggema tangisan pilu
menggoresluka dalam kata yang berlalu
aku menyadari
kehadiran ku tumbuh bagai benalu
sudah saat nya aku menghafal wajah mu
membayangi kelam ku
tiada arti aku disisi mu
hanya sesak dikalbu
mungkinkah ini suratan langit biru
aku tahu
apa itu ras?
apa itu cinta?
dan aku tahu
di balik perasaan mu
dibalik persahabatan mu
dan aku tak mau
menerobos cinta tampa rasa
yang ada hanya lah kebencian dari suara mu

semangat hidup

saat langkah menapak dalam jejak bumi
sekujur keringat membasahi hati
kau yang hidup dilayar api
mengobarkan semangat penuh arti
seakan gemuruh datang dan pergi
namun kau tak peduli
genggaman tangan penuh janji
dalam tangisan sang mentari
suci
dalam memberi
untuk membangkitkan semangat hidup yang tak tersesali